Bidik86.com || Surabaya,- Perekonomian Setdaprov Jawa Timur menggelar rapat penting bertajuk *“Sinergitas Program dan Kegiatan Provinsi dengan Kabupaten/Kota serta Analisis Terhadap Isu Strategis Lingkup Bidang Perekonomian”*. Acara yang berlangsung di Hotel Mercure Grand Mirama, Surabaya, ini dihadiri oleh ratusan peserta, termasuk Asisten Perekonomian dan Pembangunan se-Jawa Timur serta Kepala Bagian Perekonomian dari seluruh kabupaten/kota.
Kabiro Perekonomian, Dr. MHD. Aftabuddin Rijaluzzaman, S.Pt., M.Si., menegaskan pentingnya kolaborasi di era otonomi daerah untuk mendukung transformasi menuju visi Indonesia Emas 2045. “Acara ini menjadi momentum untuk memperkuat koordinasi dan merespons isu strategis dalam perekonomian daerah,” ujar Aftabuddin.
Rapat ini menghadirkan narasumber kompeten, seperti M. Barit Bataludin dari Bank Indonesia Jatim, Dr. Zulkifli dari BPS Jatim, dan Yahya Taufik Al Habsy dari Kadin Jatim, yang memaparkan isu-isu krusial mulai dari pertumbuhan ekonomi, inflasi, hingga tantangan sektor industri dan pertanian.
*Prestasi Ekonomi Jatim dan Tantangan yang Menghadang**
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setdaprov Jatim, Joko Irianto, menyampaikan kabar baik tentang kontribusi PDRB Jawa Timur, yang menjadi penyumbang terbesar kedua terhadap PDB nasional dengan 14,52%. “Pertumbuhan ekonomi Jatim pada Triwulan III tahun 2024 mencapai 4,91% (yoy), sementara inflasi terkendali di angka 1,41%,” ungkap Joko.
Namun, Joko juga mengingatkan pentingnya percepatan realisasi belanja fiskal untuk mendorong stimulus ekonomi. Hingga Oktober 2024, realisasi Pendapatan Daerah mencapai Rp101,47 triliun, sedangkan Belanja Daerah baru Rp93,58 triliun.
*Industri dan Pertanian: Dua Pilar Utama yang Butuh Perhatian*
Dalam paparannya, Kepala BPS Jatim, Zulkifli, menyoroti kontribusi besar sektor industri pengolahan, yang mencapai 33% dari perekonomian Jatim. Namun, sektor ini rentan terhadap tekanan eksternal. Di sisi lain, sektor pertanian, meski memiliki potensi besar, hanya berkontribusi 12%.
“85% petani di Jatim adalah petani kecil dengan lahan yang semakin sempit. Kita perlu inovasi seperti bibit unggul dan teknologi modern untuk meningkatkan produktivitas,” tegas Zulkifli. Ia juga mengkritisi anomali harga beras di Jatim yang tetap tinggi meskipun produksi melimpah, menyebutnya sebagai tantangan serius bagi keberlanjutan sektor pangan.
*Arah Baru Pembangunan Jawa Timur 2025*
Pemerintah Provinsi Jawa Timur sedang menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2025-2045. Tema pembangunan tahun 2025 adalah “Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia untuk Mendukung Transformasi Ekonomi Inklusif dan Berkelanjutan”.
Joko memaparkan sembilan program prioritas yang meliputi pengentasan kemiskinan, pengembangan ekonomi berbasis UMKM, peningkatan layanan pendidikan dan kesehatan, hingga pengelolaan lingkungan hidup. “Sinergi antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan global,” ujarnya.
*Kesimpulan dan Harapan*
Rapat ini diharapkan dapat menjadi langkah konkret dalam memperkuat sinergitas antara pemerintah provinsi dan daerah untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. “Kita tidak hanya butuh data dan strategi, tetapi juga aksi nyata untuk menjawab tantangan perekonomian ke depan,” pungkas Zulkifli.
Acara ditutup dengan optimisme bahwa kolaborasi yang lebih erat antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat akan membawa Jawa Timur menjadi motor penggerak ekonomi nasional.
(Pan)